Thursday, October 30, 2008

kanker

14 November 2007 Agen Anti Kanker I. PENDAHULUAN
Di dunia, penyakit kanker menempati urutan kedua setelah penyakit jantung dan di Indonesia menempati urutan ke-enam sebagai penyebab kematian. Penyakit kanker diperkirakan diidap oleh 15 orang per 100.00 penduduk dunia. Di Negara maju, Negara industri seperti Amerika Serikat 20-25% penduduk menderita penyakit kanker. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak menyebabkan kematian dan dapat terjadi pada manusia dari semua kelompok usia dan ras. Kanker timbul karena terjadi mutasi pada sel normal oleh pengaruh radiasi, virus, hormon dan bahan kimia karsinogen. Sifat sel kanker berbeda dari sel tubuh normal karena mitosis sel kanker lebih cepat, tidak normal dan tidak terkendali. Terapi kanker bertujuan untuk mengontrol pertumbuhan atau mematikan sel kanker tanpa mengganggu kelangsungan hidup dan fungsi sel sehat (1,2,3,4). Dikenal beberapa jenis kanker seperti karsinoma, sarkoma, limfoma dan leukemia. Penyakit kanker disebabkan oleh adanya sel-sel kanker yaitu sel-sel yang telah kehilangan daya aturnya. Penyakit kanker dapat menyerang berbagai macam sel, sel hati, sel kulit, sel jantung, sel darah, sel otak, sel-sel pada saluran pencernaan seperti sel lambung dan usus, sel saluran urine, sel-sel paru-paru, dan sel-sel lainnya. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri bila badan membutuhkan, misalnya ada sel-sel yang perlu diganti karena mati atau rusak. Sedangkan sel kanker akan membelah diri meskipun tidak diperlukan, sehingga terjadi sel-sel baru yang berlebihan. Sel-sel yang tidak mempunyai daya atur (regulator). Sejauh ini, sudah terdapat beberapa cara untuk penyembuhan kanker, salah satunya adalah kemoterapi yaitu penyembuhan kanker dengan pemberian obat-obatan tertentu. Terdapat beberapa fitur biokimia yang unik untuk sel tumor yang telah dieksploitasi secara selektif untuk pengobatan kanker yang diarahkan pada penemuan sitotoksin yang mampu menghambat banyak aspek pembelahan sel mamalia. Pendekatan pada perkembangan agen anti kanker klinis manusia telah menghasilkan penelitian variasi besar dari senyawa yang terjadi secara alamiah yang dihasilkan oleh mikroorganisme, tanaman dan bahkan dengan sel mamalia dalam kultur.
II. KANKER
a. Definisi Kanker Kanker sebenarnya merupakan suatu tumor atau neoplasma atau neoblastoma, yang terdiri dari tumor jinak (benign, benigna) dan tumor ganas (malignant, maligna, kanker). Kanker dibedakan menjadi dua yaitu sarcoma dan karsinoma. Sarkoma bersifat mesensimal misalnya fibrosarkoma, imposarkoma, osteosarkoma. Sedangkan karsinoma bersifat epithelial seperti kanker payudara, kanker lambung, kanker uterus, dan kanker kulit. Kanker selalu berkaitan dengan genetika, dalam arti bahwa kanker selalu merupakan konsekuensi dari perubahan DNA. Sel yang mengalami mutasi penyebab kanker tidak lagi membelah diri dan berkembang sebagaimana mestinya. Sel tidak lagi terkontrol dengan normal. Sebagian besar mutasi penyebab kanker timbul, berasal dari jaringan dimana kanker tersebut berasal, misalnya pada usus besar,atau di payudara. Mutasi ini disebut mutasi somatic. Sel kanker tidak menanggapi secara normal mekanisme pengontrolan tubuh. Sel tersebut membelah secara berlebihan dan menyerang jaringan lain. Jika tidak diketahui, sel itu dapat membunuh organismenya. Dengan mengkaji pertumbuhan sel dalam kultur, para peneliti telah mempelajari bahwa sel kanker tidak mengindahkan sinyal normal yang mengatur siklus sel-nya, misalnya sel kanker tidak memperlihatkan inhibisi tergantung densitas apabila ditumbuhkan dalam kultur, sel itu tidak berhenti membelah apabila faktor pertumbuhan telah habis. Hipotesis yang logis untuk menerangkan perilaku ini, ialah bahwa sel kanker tidak butuh faktor pertumbuhan dalam media kulturnya. Sel itu kemungkinan membuat faktor pertumbuhannya sendiri atau memiliki abnormalitas pada jalur persinyalan yang menghantarkan sinyal faktor pertumbuhan ke system pengontrolan siklus sel itu sendiri mungkin abnormal.
b. Penyebab Penyakit Kanker Karsinogen secara umum dapat diartikan sebagai penyebab penyakit kanker. Penyebab penyakit kanker hingga kini dapat digolongkan menjadi 3 faktor yaitu faktor fisika, virus dan senyawa kimia (senyawa karsinogen) Faktor fisika ini terutama adalah radiasi. Mekanisme terjadinya kanker dalam tubuh melalui faktor ini dianggap sebagai gejala molecular. Diduga bahwa gen-gen yang terdapat dalam molecular asam diksiribosa nukleat (DNA) dalam sel akan berubah, sehingga sel akan kehilangan daya aturnya. Pengaruh radiasi pada molekul DNA dapat menimbulkan : a. Perubahan yang dapat kembali (reversible). b. Molekul DNA berubah (rusak) dan sel akan mati. c. Terjadi perubahan pada molekul DNA yang tidak dapat kembali (irreversible) dan mulai terjadinya kanker. Telah dibuktikan melalui hewan percobaan bahwa kanker dapat disebabkan oleh virus. Rous Sarcoma Virus (RSV) dapat menyebabkan kanker pada ayam, leukemia pada burung dan mamalia. Marck's Disease Virus (MDV) menyebabkan limpoma pada ayam. RSV bekerja dengan menginfeksi sel normal dan mengubah susunan DNA pada sel tersebut dan mengubahnya menjadi sel kanker. Pada tahun 1775 ahli bedah berkebangsaan Inggris Percival Pott menemukan kanker kulit pada seorang pekerja pembersih cerobong di London. Penyebab penyakit tersebut adalah jelaga yang selalu kontak dengan kulit orang tersebut. Kejadian ini merupakan permulaan atau lahirnya karsinogen. Dari studi penyebaran penyakit dan data laboratorium diperkirakan bahwa senyawa karsinogen yang terdapat dalam lingkungan dan makanan-minuman merupakan penyebab kanker yang terbesar. Diduga sekitar 70-80% penderita kanker disebabkan senyawa karsinogen. Struktur senyawa karsinogen sangat beraneka ragam, sehingga suikar untuk dapat menentukan suatu senyawa bersifat karsinogen atau tidak. Senyawa karsinogen mempunyai efek fisiologis yang sama dengan senyawa beracun lainnya, walaupun ada perbedaan yang penting. Kesamaan ini terlihat pada beberapa hal seperti hubungan antara dosis dan respon (dose respon relationships), mengalami biotransformasi. Respons yang terjadi sangat dipengaruhi oleh spesies, galur, jenis seks hewan percobaan. Faktor lingkungan juga penting, karena dapat menyebabkan naik atau turunnya respons. Perbedaan yang penting antara senyawa karsinogen dengan senyawa beracun yang lain terlihat pada beberapa hal: a. Efek dari senyawa karsinogen bersifat tidak dapat kembali. b. Dosis tunggal biasanya tidak berefek nyata, baru dapat terlihat nyata kalau diberikan berulang-ulang. c. Mempunyai sinergis dengan senyawa karsinogen maupun senyawa nonkarsinogen yang terdapat dalam lingkungan. d. Dasar mekanisme senyawa karsinogen adalah interaksi antara senyawa tersebut dengan makromolekul (DNA,RNA, protein). Para peneliti telah mulai memahami bagaiman sel normal berubah bentuk menjadi sel kanker. Walaupun penyebab kanker itu sangat beragam, transformasi seluler selalu melibatkan perubahan gen yang mempengaruhi system pengontrolan siklus sel. Akan tetapi, pengetahuan kita tentang bagaimana perubahan genom mengarah ke berbagai abnormalitas sel kanker, masih dalam tahap awal.
c. Proses Terbentuknya Kanker Perilaku abnormal sel kanker dapat merusak apabila perilaku tersebut terjadi pada tubuh. Potensi masalah berawal ketika sel tunggal dalam jaringan mengalami transformasi, proses yang mengubah sel normal menjadi sel kanker. Sistem imun tubuh secara normal mengenali sel hasil transformasi sebagai suatu pemberontakan dan menghancurkannya. Akan tetapi, juka sel itu tidak melakukan perusakan yang dimaksud, maka sel itu mungkin berproliferasi untuk membentuk tumor, gumpalan sel abnormal di dalam jaringan yang masih normal. Jika sel abnormal ini tetap di tempat asalnya, tumpukan ini disebut tumor jinak. Sebagian besar tumor jinak dapat menyebabkan masalah serius dan dapat dibuang seluruhnya dengan pembedahan. Sebaliknya, tumor ganas menjadi merebak dan cukup untuk merusak fungsi satu atau lebih organ. Seorang individu dengan tumor ganas dikatakan mengidap kanker.
d. Perbedaan Sel Kanker dan Sel Normal Terjadi perbedaan penting antara sel normal dan sel kanker yang mencerminkan kekacauan siklus sel. Jika dan ketika berhenti membelah, sel kanker melakukan halini pada sembarang titik dalam siklusnya, bukan pada checkpoint normal saja. Checkpoint dalam siklus sel merupakan titik pengontrolan yang kritis dimana siklus berhenti dan sinyal terus dapat mengatur siklus sel. Di samping itu, sel kanker dapat terus membelah secara tidak terbatas jika sel tersebut diberi pasokan nutrient secara terus-menerus. Sel itu dikatakan menjadi abadi. Sel kanker memiliki beberapa ciri khusus yang membedakannya dengan sel normal. Sel kanker tidak mempunyai control pertumbuhan, daya lekat sel kanker berkurang dan bahkan tidak ada sehingga jika ditanam pada media kultur jaringan akan diperoleh pertumbuhan yang berlapis-lapis tidak teratur. Sel kanker mempunyai system enzim yang berbeda yaitu jumlah macam enzim pada sel kanker lebih sedikit bila dibandingkan dengan sel normal, sebagai contoh sel kanker tidak dapat mensintesis asparagin. Enzim-enzim untuk pertumbuhan pada sel kanker lebih besar dibandingkan dengan sel normal. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan antara sel kanker dan sel normal (Mulyadi, 1996). Sel Kanker Sel Normal Kontrol pertumbuhan sudah hilang Normal Daya melekat sel satu sama lain berkurang atau hilang Normal Inhibisi kontak sudah tidak ada Normal Sistem enzimnya lebih sedikit jumlahnya/ macamnya, sebagai contoh sel kanker tidak mempunyai asparagin sintetase. Normal Enzim-enzim untuk pertumbuhan lebih besar. Normal
e. Bahaya Penyakit Kanker Sel tumor ganas bersifat abnormal dalam berbagai cara di samping proliferasi yang berlebihan. Sel itu mungkin memiliki jumlah kromosom yang tidak biasa. Metabolismenya mungkin dikacaukan, dan sel itu berhenti berfungsi dengan cara konstruktif. Akibat perubahan abnormal pada permukaan sel, sel itu juga kehilangan pelekatan dengan sel di sebelahnya dan dengan matriks ekstraseluler, dan dapat menyebar ke jaringan di dekatnya. Sel kanker dapat juga berpisah dari tumor asli, dan memasuki pembuluh darah dan pembuluh limfa pada system peredaran tubuh, menyerang bagian tubuh lainnya dimana sel itu berproliferasi untuk membentuk tumor baru. Penyebaran sel kanker di luar dari tempat asalnya disebut metatesis. Jika tumor bermetatesis, pengobatan mungkin melibatkan radiasi energi tinggi dan kemoterapi dengan obat beracun yang sangat berbahay bagi sel yang sedang aktif membelah.
III. AGEN ANTI KANKER
a. Sejarah Perkembangan Antikanker Pengembangan Obat yang digunakan oleh National Cancer Institute (NCI) dimulai dengan sebuah program penemuan obat. Sejak ascite tumor bermanfaat untuk identifikasi agen yang potensial akti, sebuah tahap pemeriksaan menggunakan leukima tikus yang sudah dievaluasi selama beberapa waktu dengan tumor lain. Induksi fase microbial atau pemeriksaan inhibisi enzim. Pada tahap evaluasi in vivo selanjutnya, agen aktif yang potensial diuji lagi pada beberapa jenis tumor seperti pada beberapa organ tikus yaitu usus besar, dada, dan paru-paru. Jika senyawa tersebut terbukti aktifpada pemeriksaan tumor, maka senyawa-senyawa tersebut kemudian dirumuskan untuk penggunaan secara intravenous atau penggunaan oral, teruji untuk toksisitasnya terhadap mamalia yang lebih besar dan bila toksisitasnya beralasan maka akan dibawa untuk pemeriksaan klinis tahap I (toksikologi dan aktivitas). Percobaan yang dilakukan dalam skala kecil ini didesain untuk menemukan dosis maksimal yang dapat ditoleransi oleh manusia. Seringkali percobaan tahap I dan II (potensi manfaat dan dosis) dilakukan secara bersamaan yang didesain untuk mengevaluasi dosis maksimal yang dapat ditoleransi. Percobaan III dan IV (keamanan dan khasiat) meneliti aktivitas obat baru terhadap agen yang lain. Pada akhirnya, jika terbukti unggul disbanding agen lain, maka akan dibawa ke praktek pengobatan umum.
b. Obat Antikanker Hingga kini, pengobatan neoplastik atau kanker dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu pembedahan, radiasi, dan dengan pemberian obat antineoplastik atau anti kanker. Pada umumnya, pengobatan penyakit dilakukan dengan campuran cara-cara tersebut. Jenis pengobatan kanker yang digunakan sampai sekarang ini adalah pembedahan, penyinaran (radioterapi), obat - obatan pembunuh sel kanker (kemoterapi), obat yang meningkatkan daya tahan tubuh (imunoterapi), pengobatan dengan hormon dan pengobatan dengan tumbuhan obat, simplisia hewan atau mineral. Kemoterapi kanker merupakan jenis pengobatan yang bertambah penting pada beberapa tahun terakhir ini. Ditinjau dari siklus sel, obat antineoplastik dapat dikelompokkan menjadi dua. Pertama obat yang kerjanya memperlihatkan toksisitas selektif terhadap sel yang sedang berproliferasi. Kelompok ini disebut kelompok cell cycle-specific (CCS). Kelompok kedua adalah kelompok cell cycle-nonspecific (CCNS). Ditinjau atas dasar kerja obat, dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu senyawa pengalkil, antimetabolit, antibiotika, hormone, dan campuran berbagai macam obat termasuk di dalamnya obat dari alam.
1. Senyawa Pengalkil (Zat pengalkil, alkilator, alkylating agent) Senyawa pengalkil merupakan hasil pengembangan dari gas perang yang digunakan dalam perang dunia I. Penggunaannya pada manusia dimulai pada tahun 1942. Senyawa pengalkil mempunyai persamaan sifat dalam menyebabkan reaksi kimia yaitu sifat elektrofilik kuat dari ion karbonium atau ion imonium dan membentuk ikatan kovalen dengan bagian nukleofilik molekul sasaran (target molecules). Mustar Nitrogen berikatan dengan residu guanine dari DNA dengan akibat terjadilah perubahan afinitas gugus pada DNA (dari sitosin ke timin), depurinasi dengan akibat kerusakan DNA mungkin juga terjadi. Senyawa pengalkil yang bifungsional dapat berikatan secara kovalen dengan 2 gugus (residu guanine) asam nukleat pada untaian yang berbeda, terjadilah ikatan silang (cross linking) sehingga terjadi kerusakan pada fungsi DNA. Hal ini dapat menjelaskan sifat sitotoksik dan mutagenic senyawa pengalkil. Obat anti kanker yang termasuk kedalam senyawa pengalkil adalah : 1) Kloretilamin Kloretilamin membentuk ion imonium yang bereaksi dengan bagian aktif asam nukleat, dapat juga terbentuk ion karbonium yang bereaksi dengan bagian aktif asam nukleat (DNA). 2) Mekloretamin Merupakan mustar nitrogen yang pertama digunakan untuk kepentingan klinik. Obat ini dapat diabsorpsi melalui saluran cerna ataupun dari tempat pemberian paraental, tetapi karena reaksi lokalnya kuat maka diperlukan pemberian intra vena. 3) Siklofosfamid Sitoksilamin atau sitoksil alcohol merupakan metabolit antara dan merupakan bentuk-bentuk aktif dari Siklofosfamid. Sitoksilamin merupakan sebuah produk pemecahan hidrolitik dari Siklofosfamid dan mempunyai aktivitas melawan sel-sel tumor secara in vitro. 4) Melfalan Melfalan adalah mustar nitrogen dari fenilananin, dikenal juga sebagai L-sarkolisina. Farmakologi dan efek sitotoksinnya sama seperti mustar nitrogen yang lain. Absorpsinya melalui saluran alat cerna berjalan baik dan sama efektifnya dengan bila diberikan per vena. 5) Klorambusil Obat ini merupakan mustar nitrogen yang paling rendah toksisitasnyadan paling lambat aksinya. Klorambusil berguna untuk pengobatan paliatif leukemia limfosik kronik dan penyakit Hodgkin, limfofa bukan Hodgkin, karsinoma ovarium mammae,mikosis fungoides, makroglobulinemia Waldenstromm dan dalam kombinasi dengan metotreksat atau daktinomisin pada karsinoma testis. 6) Etilenimina Obat dari golongan ini yang digunakan adalah trietilenamelamina (TEM) dan trietilenatiofosforamida (Tio-TEPA). TEM digunakan dalam pengobatan retinoblastoma, sedangkan penggunaan untuk neoplasma jenis lain tergeser oleh obat mustar nitrogen. 7) Epoksid Epoksid akan membentuk ion karbonium dengan bagian nukleofilik pada asam ribonukleat (A-) akan membentuk ikatan kovalen. 8) Ester Asam Sulfonat Mekanisme kerja dari ester asam sulfonat berlangsung disebabkan oleh hidrolisis yang mengalami terjadi pemisahan O-R dan gugus alkali (R') ditransfer ke substrat. Yang termasuk kelompok ini adalah busulfan, mirelan, dimetil mileran. 9) Busulfan Busulfan adalah obat yang terpilih untuk leukemia mielostik kronik tetapi tidak efektif terhadapa krisis blastik. Efek obat ini terutama menekan fungsi mielum.
2. Antimetabolit Obat dalam kelompok ini menghambat jalannya metabolisme yang esensial atau pertumbuhan sel kanker melalui penghambatan sintesis folat, purin, dan pirimidin. Ini semua merupakan rangkaian sintesis DNA. Yang termasuk obat-obatan kelompok ini adalah : 1.) Metotreksat 2.) 6-Merkaptopurin 3.) Fluorourasil 4.) 6-Azauridin 5.) Sitarabin 6.) Antagonis Asam Amino
3. Antibiotik Berbagai Antibiotik yang dapat digunakan untuk anti kanker adalah : 1.) Daktinomisin Antibiotik ini dihasilkan oleh Streptomyces parvullus. Daktinomisin banyak digunakan dalam klinik untuk pengobatan kanker daripada antibiotic lain. Pada konsentrasi yang rendah aktinomisin D akan menghambat sintesis DNA. 2.) Daunorubinsin dan Doksurubisin Daunorubisin dan Doksurubisin merupakan antibiotika derivate antrasiklin. Kedua antibiotika ini berikatan dengan molekul DNA, dengan cara menyisip dan fungsi DNA sebagai cetakan terganggu, sehingga kedua antibiotika tersebut menghambat sintesis RNA. 3.) Bleomisin Bleomosin merupakan antibiotic yang dihasilkan oleh Streptomyces verticulus. Bleomisin dinonaktifkan oleh hidrolase dan aminopeptidase bleomisin yang terdapat intraseluler, menghidrolisis karboksamid menjadi karboksilat. Bleomisin menyebabkan fragmentasi molekul DNA ligase, sehingga terjadi gangguan pada replikasi DNA. 4.) Mitomisin Mitomisin dihasilkan oleh Streptomyces caepitosus. Mitomisin C sangat cepat dikembangkan untuk obat anti kanker. 5.) Mitramisin Senyawa-senyawa yang berkaitan dengan mitramisin (asam aureolat) adalah olivomisin, kromosomisin, variamisin. Mitramisin dihasilkan oleh Streptomyces argillaceous dan S. fanashiensis. Antibiotik ini menghambat polymerase RNA yang dapat menyebabkan kematian sel kanker.
4. Hormon Hormon yang biasa digunakan untuk melawan kanker adalah hormone steroid. Salah satu mekanisme dalam mengatur pertumbuhan sel yang spesifik di dalam tubuh adalah dengan pengaruh hormone pertumbuhan atau pengaruh hormone penghambat pertumbuhan. Penggunaan glukokortiroid, progestin dan hormone kelamin steroid untuk pengobatan tumor merupakan pemanfaatan pengaruh normal hormone tersebut secara terapeutik pada sel target. Hormon steroid lebih selektif daripada obat-obat anti tumor lain, oleh karena hormone ini bekerja semata-mata pada sel yang berdifiensiasi spesifik dan mempunyai reseptor tunggal untuk hormone tersebut. Hormon yang digunakan sebagai anti kanker di antaranya Estrogen (dietilstilbestrol, etinilestradiol), Antiestrogen (tamoksifen), Androgen (testosterone propionat, fluoksimesteron), Progestin (hidroksi progesterone kaproat), dan adrenokortikosteroid (prednisone).
5. Macam-macam Obat Anti Kanker termasuk obat alami Beberapa macam obat yang tidak termasuk dalam kelompok obat diatas tapi digunakan sebagai obat anti kanker adalah : 1.) Hidroksiurea Hidroksiurea merupakan obat anti kanker yang menghambat sintesa DNA. Obat ini mematikan sel yang sedang mensintesis DNA, sedang sel yang berada dalam tahap lain dari perkembangan sel tetap hidup, tetapi tertahan tidak dapat memasuki tahap mensintesa DNA. 2.) Prokarbazin Prokarbazin merupakan suatu derivate metal hidrazin, sangat efektif dalam menghambat pertumbuhan leukemia buatan. Mekanismenya belum diketahui. 3.) L-Asparaginase Asparaginase adalah enzim yang dapat digunakan untuk melawan kanker, yang bekerja menghambat sintesa protein sel kanker. 4.) Vinkristin dan Vinblastis Beberapa alkaloid seperti kolkisin, podofilotoksin, vinkristin dan vinblastin dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan, dapat digunakan sebagai obat anti kanker dengan melakukan pemblokan terhadap pembelahan sel yaitu pada tahap metaphase.
Mekanisme dan tempat kerja beberapa anti kanker dapat dilihat pada bagan berikut. Bagan
a. Proses Produksi Anti Kanker Contoh-contoh proses microbial berikut menggambarkan teknik bioengenering yang digunakan untuk produksi sitotoksin skala besar untuk percobaan klinis pada manusia.
1) Proses Fermentasi untuk produksi Antrasiklin Antrasiklin adalah antibiotic yang paling luas digunakan sebagai obat anti kanker. Karakternya adalah anthraquinone chromophore yang disubstitusikan dengan satu gula atau lebih . Substituennya adalah Daunorubinsin (daunomicin) dan adriamycin (Doksurubisin) yang memiliki gula amino daunosamine. Daunorubicin adalah antrasiklin pertama yang secara klinis berhasil diisolasi tahun 1963 di Italy dari Streptomyces coeruleorubidus. Sedangkan adriamycin diproduksi oleh strain mutan dari S. peucetius. Masih banyak antrasiklin yang diisolasi atau disisispkan secara semisintesis dengan tujuan memperoleh antibiotic anthracycline dengan kegunaan lebih luas lagi.
Pengembangan Strain Daunorubicin diproduksi oleh S. peuciteus, terbentuk dari fermentasi pembentukan glycocide yang melepaskan daunorubicin dalam hidrolisi asam sederhana. White dan Stroshane (1983) telah menemukan teknologi produksi, baik untuk Daunorubicin maupun adriamycin dengan menekankan pada pengembangan proses di National Cancer Institute menggunakan suatu streptomycete yang belum dispesieskan. Untuk proses ini, ceruline, inhibitor spesifik dari asam lemak dan poliketide biosyntesis, digunakan dalam seleksi coloni berwarna yang diproduksi dari spora yang diradiasi dengan sinar UV. Produsen serulin dalam konsentrasi rendah ditemukan untuk mengakumulasi aglycone ?-rhodomycin konsentrasi tinggi. Sebuah produsen mutan memproduksi 3 sampai 5 lipatan titers yang lebih tinggi dan mencapai skala 7.000 liter.
Proses fermentasi Batch Kultur benih dan media produksi untuk kedua proses fermentasi Batch ditemukan di Apendiks. Dalam proses batch yang pertama, persiapan inokulum dimulai dari inokulasi agar miring dari kultur stok beku. Setelah 10 hari masa inkubasi pada suhu 26-27ºC, mycelium diinokulasi di dalam labu kultur campuran pada 28ºC selama 2 hari. 170 liter benih fermentor dibatchkan dengan 100 liter benih medium dan diinokulasikan dengan 200 ml labu kultur campuran. Kultur benih akan tumbuh dalam 27 jam pada suhu 26-27ºC. Setengah waktu tumbuh kultur benih ini digunakan untuk menginokulasi 800 liter fermentor yang mengandung 500 liter dari medium produksi. Metode batch kedua juga dimulai dengan kultur beku yang diinokulasikan ke dalam labu kultur campuran yang diinkubasikan pada suhu 28ºC selama 2,5 hari. Kultur ini digunakan untuk menginokulasikan 75 liter benih medium. Benih ini disiapkan sebagai inokulum untuk 1000 liter benih fermentor selama 12 hari. Tahapan produksi pada proses ini diinokulasikan dengan skala 150 liter dari 1000 liter dan dioperasikan pada getaran, aerasi, dan kondisi suhu yang identik selama 7-10 hari. Produksi Adriamycin dari S.peucetius var. caesius berawal dengan penumbuhan pada media agar pada suhu 26-27ºC selama 10 hari diikuti dengan homogenisasi miselium, suspensi pada air yang didistilasi steril dan diinokulasi dalam 500 ml media pertumbuhan. Setelah 48 jam pengadukan pada suhu 28ºC, kultur dipindahkan ke 1701 fermentor benih yang mengandung 1201 medium dan diinkubasi pada suhu 26-27ºC selama 67-145 jam. Semisintesis Adriamycin dari fermentasi derivat daunorubycin dapat lebih komersial bila titers fermentasi Adriamycin lebih rendah dibandingkan yang diperoleh untuk Daunorubycin.
Isolasi dan Purrifikasi Proses penanganan dan purifikasi untuk antracycline ditemukan oleh White (1983). Agen-agen ini bersifat caardiotoxix dan mutagenic dan membutuhkan penanganan pencegahan khusus dalam selama isolasi dan purifikasi dari fermentasi kaldu. Fermentasi kaldu daunorubycin mengandung daunorubycine yang sangat sedikit sejak antibiotic dilepaskan dari masing-masing mycelium dan kaldu. Proses Daunorubycin Rhone-Poulene mengasamkan semua fermentasi kaldu dengan kelebihan asam oxalic dan dengan panas (50ºC). Hal ini melisiskan sel dan menghidrolisis glikosida yang lebih tinggi (baumycine) untuk daunorubicin. Prosedur ini dilaprkan dapat memanen kurang lebih 90% Daunorubycine hydrochloride murni. Sebuah proses dari Natonal Cancer Institute melibatkkan pengasaman untuk seluruh kaldu dengan asam belerang yang memiliki pH 1,5 yang melarutkan turunan daunorubycin dan sel yang mengalami lisis. Selanjutnya adalah filtrasi, ekstraksi dan konsentrasi, glikosida yang lebih tinggi dihidrolisa untuk Daunorubycin menggunakan ethanolic HCl pada suhu 45ºC selama 10 menit. Tahap ini menghasilkan Daunorubycine hydrochloride dengan kemurnian sampai kurang lebih 95%. Adriamycin diperoleh baik dari mycelium maupun dari kaldu.
2) Proses Fermentasi untuk Produksi Nucleosides Purin dan antipirimisin seperti 5-fluorousil dan Ara-A adalah obat-obat penting dalam kombinasi kemoterapi kanker dan telah distimulasi untuk sintesis berbagai analog. Nucleosides dan analog dari nucleosides adalah sitotoksik yang dikenal paling potensial. Kedua materi tersebut merupakan inhibitor dari RNA, protein dan sintesis DNA. Kedua materi ini menunjukkan aktivitas antibiotic, antiviral dan antineoplastic seperti sitotoksik serta pengaruh imunosuppresive. Kendala dalam produksi nukleosid yaitu materialnya yang tidak nampak (transparan), selain itu mudah larut dalam media cair. Berlainan dengan antibiotic anti tumor yang lain yang mudah terlihat karena memiliki warna yang kuat (merah, biru, jingga, dan kuning) sehingga nampak dalam media cair. Dekontaminasi pada nucleoside dapat dilakukan dalam volume besar yaitu dengan air asam, methanol atau DMSO yang kontras dengan komponen anti tumor yang lain yang mudah dipindahkan dari lingkungan ke solvent organic. Salah satu contoh dari proses fermentasi nucleoside yaitu produksi toyocamycin, antibiotic pyrrolopyrimidin yang berfungsi sebagai isyarat pada konservasi kimia menjadi sangivamycin dan tricyclic nucleoside phosphate. Proses ini menggunakan Streptomyces toyocaenis dan Streptomyces rimosus. National cancer Institute (NCI) telah mengembangkan sebuah proses yang menggunakan strain dari S.chrestomyceticus yang diperolah dari kloning dan mutasi UV.
Pengembangan Strain Kloning induk FCRF 341 disertai dengan mutagenesis UV yang menghasilkan kekebalan bahkan hingga 2 kali lipat dari induknya (contohnya strain U 190). Regulasi feedback mutan pada enzim biosintesis utama, IMP dehidrogenase dan XMP aminase ditemukan di antara 8-azaguanin dan decoyinin, populasi kebal dari FCRF. Bagaimanapun, hal ini tidak menyatakan tingkatan yang lebih tinggi dari produksi purine nucleotide. Represi katabolit karbon sudah dievaluasi dengan 2-deoxyglucose (DOG) dan diketahui tidak berpengaruh terhadap produksi antibiotic. Produksi dan media benih dikembangkan berdasar atas modifikasi media tubercydin. Sebuah media sintetik juga digunakan. Tingkat fosfat bebas dikendalikan oleh penambahan magnesium klorida untuk mengurangi represi fosfat. Penambahan minyak untuk produksi media pada saat inokulasi menstimulasi produksi antibiotic dan pH terkontrol antara 6 sampai 6.5.
Therapeutic Enzim Bioteknologi anti kanker termasuk produksi enzim bacterial skala besar dan teknologi isolasi. Literatur kimia, biokimia, dan aspek farmakologi enzim therapeutic antikanker ditemukan oleh Cooney dan Handschumacer (1970), Writson dan Yellin (1973), Conney dan Rosenbluth (1975) dan Abell dan Uren (1981). Hanya sejumlah kecil mikrobia yang menghasilkan enzim dengan penggunaan asam amino esensial dan nonesensial yang telah diproduksi secara komersial untuk perawatan leukemia dan tumor solid pada manusia. Enzim Therapeutic Antineoplastic yang paling sukses digunakan untuk kepentingan klinis adalah L-asparaginase yang diisolasi dari serum babi Guinea. Dalam sel neoplastic, L-asparaginase mengkatalis konversi asparagin asam amino menjadi asam aspartic dan ammonia, menghibitasi asparagin -ikatan protein sintesis dan pada akhirnya sintesis DNA dan RNA. Secara klinis, L-asparaginase EC-2 dari E. coli telah digunakan dalam perawatan Lymphocytic leukemia akut pada anak-anak. Bagaimanapun, remisinya akan singkat karena sel malignant (sel yang merugikan/ sel kanker) akan menjadi kebal seiring dengan meningkatnya kapasitas biosintetik dan tingkat clearance (pengosongan/pembersihan) enzim dalam tubuh. Karena enzim yang bersumber dari bakteri ini adalah protein antigenic, antibody akan diproduksi selama perawatan dan secara efektif akan menetralkan dosis-dosis selanjutnya. Perawatan dapat diperpanjang dengan menggunakan urutan enzim yang berbeda seperti Erwinia. Sebuah riset telah dilakukan untuk mengurangi antigenitas dan memperpanjang masa hidup plasma E. coli dan Erwinia L-asparaginase dengan deaminasi kimia, asetilasi dan reksi karbodimid yang melepaskan sejumlah asam amino untuk mengutangi titik isoelektrik. Masa hidup plasma juga akan diperpanjang oleh reaksi pengikatan enzim menjadi dextran polymer dan peptide poly DL-alanin.
Proses Fermentasi Batch dan Kontinyu Hasil dari L-asparaginase yang komersil digunakan dalam dunia klinis adalah dari E. coli B dan Erwinia carotovora. Walupun produksi enzim kultur kontinu pada 80-200 IU per ml telah dilaporkan, produksi secara umum masih terbatas pada proses batch. Wade mempersiapkan penelitian untuk pemeriksaan ekstensif dari 200 strain L-asparaginase yang memproduksi kultur dari 78 spesies dengan tujuan menemukan kenyataan serological L-asparaginase dari E. coli EC-2. Dari studi ini, enzim dengan kandungan tinggi memproduksi kultur Erwinia yang dievaluasi dan ditingkatkan untuk produksi penelitian. Dari banyak proses, dapat dipastikan bahwa produksi L-asparaginase selalu menggunakan bakteri E. coli B. Efek dari media kultur adalah pH dan tingkat penyaluran oksigen dalam sintesa asparagin terlihat berbeda pada tiap-tiap organisme. Produksi L-asparaginase dalam sintesa asparaginase tampak berlainlan pada masing-masing organisme. Produksi L-asparaginase oleh E.coli B paling banyak dalam media yang mengandung banyak asam amino, dengan persediaan oksigen yang terbatas, dengan pH lebih dari 7-7,8. Ketika kultur tumbuh dalam kondisi aerob, cadangan sel rendah, tapi tingkat enzim spesifiknya tinggi. Reaksi enzim dalam E. coli akan terlihat maksimal setelah pertumbuhan aerob yang cepat disertai dengan inkubasi anaerob dengan waktu kurang dari 2 jam. Sel dipotong dan enzim diekstraksi dengan 1 IU sama dengan jumlah enzim yang mengandung 1 µmol per menit pada suhu 37ºC dan pH 8,5.
Proses Produksi batch Sel vegetatif atau spora S. chrestomyceticus FCRF U 190 diperoleh saat suhu -70ºC dalam nitrogen cair. Tangki inokulum dipindahkan ke dalam vessel produksi pada saat jumlah CO2 maksimum, dan kemudian berlanjut hingga akhir pertumbuhan eksponensial. Produksi mikrobia antibiotic meningkat sebanding dengan meningkatnya suhu pada inkubasi. Tingkat produksi toyomycin yang optimal adalah pada suhu 36ºC. fermentasi S . chrestomyceticus dalam suhu 36ºC tidak memperlihatkan dampak negative pada perolehan antibiotic dalam miselium dan berdampak pada supernatant dari total antibiotic yang digabungkan dengan sel batang diikuti dengan filtrasi yang dapat dipindah-pindahkan dengan mencucinya dengan H2SO4 pH 3.
Isolasi dan Purrifikasi Banyak ekstraksi enzim intraseluler dan skema kristalisasi yang sudah digunakan untuk isolasi dan purifikasi klinik untuk L-asparaginase. Prosedur ekstraksi dan kristalisasi yang ditemukan oleh Rauenbusch memanfaatkan kestabilan solvent dari E. coli L-asparaginase. Ekstrak enzim intraseluler menggunakan metode kombinasi toluene dan urea hipertonis dengan konsentrasi 85-90%. Asam nukleat dipisahkan dengan menggunakan mangan klorida 0,05 M. Pemisahan ammonium sulfat-Biogel dan kolom kromatografi DEAE-selulosa digunakan untuk purifikasi lanjut pada aktivitas akhir >600 IU per mg protein dengan kadar 35-40%.
4. Pengembangan teknologi baru Banyak teknologi baru yang digunakan untuk menemukan berbagai macam agen anti kanker. Agen anti kanker tidak hanya berasal dari aktivitas mikrobia tapi dapat juga berasal dari tumbuh-tumbuhan, salah satunya adalah Taxol, yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai agen anti kanker.
Taxol sebagai Antikanker Taxol dan taxotere merupakan senyawa toxoid yang mempunyai aktivitas antikanker. Istimewanya, keduanya berasal dari pohon Pacific Yew, Taxus brevifolia. Tanaman ini merupakan pohon yang tumbuh lambat dan ditemui di daerah bertanah lembab dekat aliran sungai dan danau di bagian barat laut Pasifik. Kedua senyawa ini sekarang sedang berlomba untuk memperoleh otorisasi sebagai antinaoplastik. Taxol dikembangkan oleh Bristol Myers Squibb, sedang Taxotere oleh Rhone Poulenc Rorer. Taxol merupakan antineoplastik baru dengan indikasi untuk refractory ovarian cancer, doxorubicin- resistant breast cancer dan non small cell lung cancer. Senyawa derivat diterpenoid yang merupakan ester dengan cincin taxane ini, diekstrak dari kulit kayu pohon Yew. Taxol mempunyai sejarah perkembangan yang panjang; walaupun aktivitas antineoplastiknya telah diidentifikasi pada ekstrak kasar kulit kayu pada tahun 1960, namun baru tahun 1971 taxol ditetapkan sebagai bahan antineoplastik. Perkembangan selanjutnya terhambat kesulitan mengisolasi dalam jumlah besar dan problem formulasi karena sifatnya yang sukar larut. Sesudah semuanya dapat diatasi, kemudian muncul masalah kipersensitivitas. Namun setelah problem ini dapat diatasi, pengujian berikutnya terus dilanjutkan. Bahkan setelah memperlihatkan aktivitas terhadap refractory ovarian cancer, perkembangan taxol menjadi prioritas utama. Namun, seperti halnya substansi lain yang diekstrak dari bahan alami dengan kandungan kecil, problem yang selalu muncul antara lain pengadaan bahan baku. Apalagi kandungan taxol kira-kira hanya 0,01 0,03 berat kering phloem. Padahal untuk pengobatan tumor diperlukan kira-kira 2 gram taxol murni. Hal ini jelas akan mempersulit penyediaan taxol dan dikhawatirkan, jika diambil dari alam, maka akan dapat memusnahkan pohon yew tersebut; apalagi bila diambil tanpa perhitungan. Sebenarnya pohon Taxus yang dapat memproduksi taxol ada 11 spesies. Namun sayangnya pohon ini jumlahnya hanya sedikit dan tumbuh di daerah yang terpencil. Untuk memecahkan masalah tersebut, sudah banyak penelitian untuk memproduksi dengan cara lain seperti dengan plant tissue culture, skrining mikroorganisme penghasil taxol untuk produksi dengan fermentasi, pembuatan secara semisintetis dan sebagainya. Senyawa lain yang mempunyai indikasi sebagai antikanker yaitu taxotere. Senyawa ini diperoleh dengan mengekstraksi daun pohon yew dan diharapkan dapat digunakan untuk pengobatan pada pasien yang telah mendapatkan kemoterapi tetapi belum berhasil, yaitu pada ovarian, breast, kidney, cervix, prostate cancer atau melanoma. Pada tahun 1992, senyawa ini dilaporkan telah memasuki trial fase 2 di Eropa dan US. Pada trial fase 1, ditetapkan dosis optimum dan toksisitasnya terutama untuk mendapatkan respon klinis pada pasien yang telah resistan terhadap kemoterapi lain terutama untuk solid tumor. Taxotere dikatakan mempunyai keuntungan lebih dibanding taxol, karena ia lebih larut dalam air, sehingga lebih mudah formulasinya. Selain itu dikatakan juga bahwa senyawa ini lebih poten secara in vitro dan mungkin akan lebih efektif dengan pemberian jumlah kecil.
Produksi Taxol Di hutan daerah Montana telah tumbuh pohon yew yang sangat istimewa; kulit pohonnya dapat menghasilkan zat antikanker yang disebut taxol. Namun kemudian timbul masalah untuk memproduksinya karena kalau hanya dalam jumlah kecil tentu tidak sebanding dengan potensi pasar yang ada. Di samping itu para pecinta lingkungan hidup telah mengingatkan bahwa spesies pohon yew bisa punah jika dieksplorasi terus menerus. Untuk itu para ahli berusaha keras untuk mendapatkan cara produksi taxol dengan lebih efisien; di antaranya adalali ahli patologi tanaman Gary Stroble dan ahli kimia Andrea Stierle dari Montana State University. Mereka mencoba mencari mikrobafungi yang dapat menghasilkan taxol, atas dasar contoh-contoh yang telah ada bahwa suatu parasit dan host (fungi dan tanaman) dapat menghasilkan suatu substansi yang sama. Asumsi ini didasarkan pada penemuan Giberellin yaitu suatu hormon diterpenoid yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada tahun 1930 ahli tanaman di Jepang telah menemukan spesies fungi (parasit) yang seperti juga tanaman padi (host) mampu menghasilkan Giberellin. Dengan pola pemikiran yang sama, Stirle mulai melakukan perjalanan di hutan Montana; hasilnya 50 sampel fungi diisolasi. Di antaranya ditemukan 1 spesies yang mampu memproduksi taxol, kemudian dinamakan Taxomyces andreane. Tentu saja penemuan ini telah menggemparkan para peneliti; para ahli mulai bertanya-tanya, mana yang lebih dahulu menghasilkan taxol, pohon atau fungi. Tentu saja sangat sulit untuk membuktikan hal tersebut. Diperkirakan pohon yew menghasilkan taxol untuk menangkal fungi parasit, karena taxol mempunyai aktivitas antifungi. Fungi mungkin mengambil satu kopi gen untuk taxol dari pohon yew. Setelah melakukan berbagai pengujian dengan hati-hati dan teliti, mereka akhirnya menemukan bahwa Taxomyces andreane dapat membuat taxol setelah dipindahkan dari host mereka. Laporan ini sangat menggembirakan berbagai kalangan karena bila demikian berarti taxol akan dapat diproduksi dalam jumlah besar dalam tangki fermentasi dan harga taxol bisa menjadi lebih murah. Ditambah dari hasil laporan para peneliti bahwa taxol dapat mengurangi tumor kira-kira 30% wanita penderita ovarian cancer yang tidak terobati dengan kemoterapi lain, maka penemuan ini benar-benar luar biasa. Selanjutnya timbul pertanyaan, apakah fungi ini akan mampu memproduksi taxol terus menerus setelah mereka dipindahkan dari host mereka karena keadaan demikian bukanlah persoalan yang tidak pernah terjadi. Salah satu contoh yaitu fungi penghasil toxin yang diambil dari sugar cane, secara berangsur kehilangan kemampuan untuk memproduksi. Menyadari bahaya tersebut, Tim Stroble menyimpan fungi mereka pada jaringan pohon yew dan produksi taxol mereka tetap stabil. Selain laporan yang menggembirakan, ada pula laporan yang kurang menyenangkan yaitu mengenai produktivitas mereka; fungi Stroble hanya menghasilkan taxol dalam nanogram, padahal strain-strain liar. lain yang telah dikembangkan sebagai sumber bahan baku obat mulai menghasilkan dalam mikrogram per ml. Hal tersebut telah memacu para ahli untuk berlomba meningkatkan produktivitas mereka. Produksi taxol pernah dicoba dalam media cair semisintetik dan taxol ada dalam biakan fungi yang berumur 3 minggu. Keberhasilan ini tidak dapat dilepaskan dari bantuan berbagai metode dan alat untuk pengamatan tersebut seperti Mass spectro, immunokimia, kromatografi, radiokimia. Taxomyces andreane sendiri merupakan fungi endophyte `yang diisolasi dari kulit bagian dalam (phloem) Taxus brevifolia. Usaha untuk mencari mikroba penghasil taxol juga masih terus dilakukan. Pertimbangan lain untuk mencari produsen taxol dari sumber lain yaitu adanya perkiraan bahwa untuk mengobati seorang pasien selama 1 tahun diperlukan kira-kira 6 pohon yew yang berumur 100 tahun. Atas pertimbangan ini, eksplorasi lain juga dilakukan yaitu dengan cara melalui plant cell tissue culture. Salah satu perusahaan yang mngembangkan cara ini adalah ESCA genetics di San Carlos California. Melalui cara ini diharapkan dapat diproduksi taxol dalam jumlah lebih besar daripada mengekstraksi dari kulit kayu dan daun yew. Dengan menggunakan teknologi ini, sel-sel akar, daun dan batang pohon yew diisolasi dan ditumbuhkan dalam biakan menggunakan proses fermentasi untuk merangsang sel-sel memproduksi taxol. Berdasarkan pengalaman mereka menggunakan teknologi ini untuk memproduksi vanilla dan food flavor yang lain, mereka menyebutkan dapat memproduksi taxol dengan cara ini dalam 9 bulan. Dan tahap selanjutnya yaitu scale up dengan kapasitas 100/150 kg. Namun biaya scale up tersebut akan sangat mahal. Perusahaan lain yang juga menumbuhkan sel tanaman untuk memproduksi taxol yaitu Phyton Catalytic Inc. Perusahaan ini telah berhasil dalam laboratorium dan tahap selanjutnya adalah scale up yang diperkirakan membutuhkan waktu 2 5 tahun. Cara lain untuk mempermudah produksi taxol yaitu dengan membuat taxol semisintetik seperti yang dikerjakan oleh Natural Products Company Indena, Milan, Italia. Perusahaan ini mengekstrak prekursor taxol yang dinamakan 10-deacyl-baccatine III (10-DAB) dari 2 spesies pohon yaitu European yew Taxus baccata dan Himaylain tree Taxus wallichiana. Taxol diperoleh dengan mengkonversi prekursor 10-DAB tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Reece, Mitchell. 2002. Biologi. Erlangga. Jakarta Mulyadi. 1996. Kanker, Karsinogenesis, dan Anti Kanker. PT. Tiara Wacana. Yogyakarta Muray, Moo Young. . Comprehensive Biotechnology. Rismana, Eriawan dan Satiadarma, Kokasih. 2000. Analisis Campuran N7-Metilguanin (N7-Megu ) Dan O6 -Metilguanin (O6-Megua) Menggunakan Teknik Voltammetri Untuk Uji Efektivitas Dan Mutagenesitas Zat Anti Kanker. Pustaka IPTEK. Jurnal Saint dan Teknologi BPPT. http://www.iptek.net.id/ind/ ?ch=jsti&id=153. Diakses tanggal 17 Oktober pukul 10.00 WIB Suwandi, Usman. Tanpa tahun. Taxol sebagai Antikanker. www.cerminduniakedokteran.com. Diakses tanggal 17 Oktober 2006 pukul 10.00 WIB Posted by ArdianZzZ at 7:40 PM Labels: Artikel dan Paper Articles DETAK Category

- Kanker Pengetahuan Umum Seputar Kanker, Dari Definisi Hingga Terapi
05/08/2007 13:57, Kanker.
Definisi

Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal. (yaitu, tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal dan menekan jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker bukan merupakan penyakit yang menular.
Istilah tumor tidak sama dengan kanker. Tumor adalah istilah umum untuk setiap benjolan abnormal. Sedangkan kanker adalah tumor yang bersifat ganas.
Kanker = tumor yang ganas

Epidemiologi

Di dunia, diperkirakan 7,6juta orang meninggal akibat kanker pada tahun 2005 (WHO,2005) dan 84 juta orang akan meninggal hingga 10 tahun ke depan. Kanker merupakan penyebab kematian no.6 di Indonesia (depkes,2003), dan diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahunnya.



Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi angka kejadian kanker adalah : geografis (misal kanker serviks lebih banyak di negara asia), suku bangsa, variasi genetik, jenis kelamin (misal kanker payudara lebih banyak pada wanita), dan pengaruh lingkungan (makanan, pola hidup).



1. Induksi : ada perubahan sel (displasia)
2. Kanker in situ : pertumbuhan kanker terbatas pada jaringan tempat asalnya tumbuh
3. Kanker invasif : sel kanker telah menembus membran basal dan masuk ke jaringan atau organ sekitar yang berdekatan
4. Metastasis : Penyebaran kanker ke kelenjar getah bening dan atau organ lain yang letaknya jauh (misal kanker usus besar menyebar ke hati). Penyebaran ini dapat melalui aliran darah, aliran getah bening, atau langsung dari tumor

Penyebab Kanker

Kanker terjadi karena kerusakan struktur genetik yang menyebabkan pertumbuhan sel menjadi tidak terkontrol. Beberapa penyebab kerusakan gen yaitu :
1. Kelainan genetik / bawaan (± 5%)
2. Karsinogen (zat penyebab kanker)
- merupakan sebagian besar penyebab kanker
- jenis : virus (misal Human papillomavirus penyebab kanker mulut rahim), zat kimia (misal asap rokok menyebabkan kanker paru), sinar radiasi (radiasi ultraviolet pada saat terik dapat menyebabkan kanker kulit), dll
3. Pengaruh lingkungan hidup

Gejala Umum Kanker

Gejala kanker yang muncul tergantung dari jenis, tempat, dan stadium kanker. Gejala kanker pada umumnya adalah sebagai berikut :
• Pembengkakan pada organ tubuh yang terkena (misal ada benjolan di payudara, di perut, dsb)
• Terjadi perubahan warna (misal perubahan warna tahi lalat)
• Demam kronis
• Terjadinya batuk kronis (terutama kanker paru) atau perubahan suara (pada kanker di leher)
• Terjadinya perubahan pada sistem pencernaan/ kandung kemih (misal perubahan pola BAB, BAB berdarah,dsb)
• Penurunan nafsu makan dan berat badan
• Keluarnya cairan atau darah tidak normal (misal keluar cairan abnormal dari puting payudara)
• Dll

Komplikasi Kanker

Dilihat dari penyebabnya, komplikasi akibat kanker dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Akibat langsung kanker (misal, sumbatan saluran cerna pada kanker usus, patah tulang pada kanker tulang, dsb)
2. Akibat tidak langsung (misal, demam, penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh, dsb)
3. Akibat pengobatan (misal pembengkakan akibat sumbatan kelenjar getah bening pada radiasi kanker payudara; gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada kemoterapi)

Diagnosis

Diagnosis kanker berdasarkan :
- Gejala yang dirasakan pasien
- Temuan pada pemeriksaan fisik
- Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap pertanda tumor
- Pemeriksaan radiologi : Rontgen, CT-Scan,. MRI, USG
- Diagnosis pasti adalah melalui pemeriksaan patologi anatomi

Stadium

Untuk menetukan stadium, umumnya suatu kanker diklasifikasikan dulu menurut sistem TNM (Tumor, Node, Metastase) :
• Tumor : besar atau luas tumor asal (Tis = tumor belum menyebar ke jaringan sekitar; T1-4 = ukuran tumor)
• Node : penyebaran kanker ke kelenjar getah bening (N0 = tidak menyebar ke kelenjar getah bening; N1-3 = derajat penyebaran)
• Metastase : ada / tidaknya penyebaran ke organ jauh (M0 = tidak ada / M1 = ada)
Tujuan klasifikasi TNM adalah untuk perencanaan pengobatan, menentukan prognosis (perkiraan kemungkinan membaik/sembuh), evaluasi hasil pengobatan, dan juga untuk pertukaran informasi antar pusat pengobatan kanker (untuk rujukan).
Sehingga terdapat stadium kanker I, II, III dan IV, stadium I dan II disebut juga stadium dini, sedangkan stadium III-IV disebut juga lokal lanjut atau stadium IV disebut juga stadium lanjut atau telah bermetastasis.

Pengobatan Kanker :

Jenis pengobatan kanker adalah sebagai berikut :
• Bedah
• Radiasi
• Kemoterapi
• Terapi biologi
• Kombinasi
Jenis pengobatan yang dipilih tergantung dari jenis, lokasi, dan stadium kanker, kondisi fisik pasien, pilihan pasien, dan ketersediaan sarana. Pengobatan kanker pada stadium lanjut sangat sukar dan hasilnya sering tidak memuaskan. Sebaliknya, jika ditemukan pada stadium dini, maka umumnya kanker dapat disembuhkan.
Sebagai tolak ukur keberhasilan pengobatan kanker umumnya adalah 5 year survival (ketahanan hidup 5 tahun).

Faktor Risiko Umum Kanker

Faktor risiko adalah hal yang membuat seseorang memiliki risiko yang lebih tinggi unutk mendapatkan suatu penyakit. Beberapa faktor risiko ada yang bisa diubah dan tidak. Faktor risiko umum kanker meliputi usia, jenis kelamin, riwayat kanker dalam keluarga, pola hidup, dan lingkungan. Seseorang yang mempunyai faktor risiko, tidak berarti orang tersebut pasti akan menderita kanker, hanya saja terdapat peningkatan kemungkinan terkena kanker.

Beberapa faktor risiko utama kanker yaitu : Usia : Semakin tua usia seseorang, maka semakin meiningkat risiko terjadinya kanker. Umumnya kanker mulai muncul setelah usia 65 tahun. Namun anak-anak juga dapat menderita kanker. Tembakau : Menggunakan produk tembakau, termasuk merokok, meningkatkan risiko kanker pada umumnya. Brehenti merokok (walau pada orang yang sudah merokok selama beberapa tahun) akan menurunkan risiko kanker dibanding orang yang terus merokok. Sinar matahari : radiasi ultraviolet menyebabkan kerusakan kulit yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker kulit. Sinar matahari di saat tidak terik sangat baik untuk pembentukkan vitamin D, namun di saat terik, pajanan ultraviolet bersifat merugikan. Dianjurkan untuk menghindari pajanan sinar matahari di saat terik dan menggunakan proteksi (misal pakaian tertutup atau sunblock) Radiasi pengion : Jenis radiasi ini adalah radioaktif dari lingkungan, gas radon, dan sinar rongten. Prosedur medis yang menggunakan sinar radiasi adalah rontgen dan radioterapi. Risiko kanker dari sinar rontgen / sinar-x dosis rendah, sangat kecil. Radiasi dari radioterapi lebih besar. Namun begitu, dokter telah mempertimbangkan bahwa keuntungan penggunaan sinar radiasi tentu melebihi risikonya. • Zat kimia : Orang dengan pekerjaan tertentu dapat mengalami peningkatan risiko kanker, misalnya pekerjaan yang berhubungan dengan cat, pekerja konstruksi yang menggunakan zat kimia (misal asbes, benzena, kadmium, atau vinil klorida). Untuk mengurangi pajanan, harus diperhatikan prinsip keselamatan kerja dan penggunaan alat pelindung diri yang memadai. Hormon : hormon estrogen dapat meningkatkan risiko kanker payudara Riwayat kanker dalam keluarga Alkohol : Konsumsi alkohol sebanyak 2 gelas atau lebih per hari dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker mulut, kerongkongan, hati, dan payudara. Risiko kanker tersebut akan meningkat lagi bila disertai merokok. Pola makan yang tidak sehat, aktivitas fisik kurang, dan berat badan berlebih. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa pola makan tinggi lemak meningkatkan risiko terjadinya kanker usus besar, rahim, dan payudara. Kurangnya aktivitas fisik dan berat badan berlebih meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara, usus besar, tenggorokan, ginjal, dan rahim. Virus dan bakteri : Human papillomavirus (HPV) : merupakn penyebab utama kanker mulut rahim, dan juga merupakan faktor risiko untuk kanker lainnya. Virus Hepatitis B dan C : dapat menyebabkan kanker hati beberapa tahun setelah terinfeksi virus ini. Human T-Cell Leukemia/Lymphoma Virus : orang yang terinfeksi virus ini akan meningkatkan risiko terkena limfoma atau leekemia (keganasan darah) Human Immunodeficiency Virus (HIV) : infeksi HIV menyebabkan penyakit AIDS. Orang yang terinfeksi HIV memiliki risiko tinggi kanker tertentu, misalnya limfoma dan yang lebih jarang, sarkoma Kaposi. Eipstein-Barr virus (EBV) : infeksi HBV dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya limfoma Human Herpes virus8 (HHV8) : infeksi virus ini meningkatkan risiko terjadinya sarkoma Kaposi. Helicobacter pylori : infeksi bakteri ini menyebabkan luka di lambung dan dapat meningkatkan risiko terkena kanker lambung dan limfoma di sekitar lambung.
Berikut beberapa faktor risiko utama untuk kanker tertentu : Kanker paru, mulut, tenggorokan, kandung kemih, ginjal, mulut rahim, dan pankreas : merokok, menggunakan produk tembakau (termasuk mengunyah tembakau). Merokok itu sendiri menyebabkan sepertiga kematian karena kanker. Kanker kulit : pajanan terhadap sinar matahari yang menyengat (pada saat terik) tanpa proteksi. Kanker payudara : usia (risiko kanker semakin meningkat dengan bertambahnya usia); perubahan kadar hormon sepanjang hidup, seperti usia menstruasi yang lebih muda, banyaknya kehamilan, dan usia saat menopause; kegemukan; dan aktivitas fisik. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan konsumsi alkohol dengan meningkatnya risiko kanker payudara. Selain itu juga riwayat kanker payudara pada ibu atau saudara perempuannya merupakan faktor risiko. Kanker prostat : Usia lanjut, ras (Amerika-Afrika), diet tinggi lemak,dan juga riwayat kanker prostat pada ayah atau saudara laki-lakinya. Secara keseluruhan, faktor lingkungan, termasuk konsumsi tembakau (merokok), pola makan, penyakit infeksi, zat kimia, dan radiasi menyebabkan sekitar 75% kanker di Ameirka Serikat. Di antara faktor risiko tersebut, konsumsi tembakau, pola makan yang tidak sehat, dan aktivitas fisik merupakan yang tersering dikaitkan dengan risiko kanker.
Pencegahan Kanker

Menurut WHO, diperkirakan lebih dari 40% dari seluruh kanker dapat dicegah. Ketimpangan negara maju dan berkembang adalah dalam hal pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan.

Pencegahan kanker bersifat umum dan khusus. Pencegahan umum meliputi promosi kesehatan (misal pola hidup dan makan yang sehat, menghindari bahan karsinogen) dan deteksi dini Pencegahan khusus adalah upaya pencegahan terhadap suatu jenis kanker tertentu. Misalnya vaksin Hepatitis B untuk mencegah kanker hati; vaksin HPV pada wanita usia 9-26 tahun untuk mencegah kanker leher rahim; dsb.
PEMERIKSAAN KESEHATAN Kesehatan sangatlah mahal harganya untuk hidup kita, oleh karena itu dalam rangka mendeteksi dini penyakit apa yang ada dalam tubuh kita pihak sekolah bekerja sama dengan Yayasan Peduli Kanker Indonesia mengadakan pemerikasaan kesehatan yang dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 24 November 2007, pemerikasaan dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Jakarta. Sebelum dilakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu pihak Yayasan Peduli Kanker Indonesia mengadakan beberara pengarahan khususnya penyakit kanker. Berikut ini gejala-gejala khusus penyakit kanker : KANKER PAYUDARA Kulit payudara mulai bersisik dan mengeras kadang-kadang terasa gatal. Munculnya benjolan disekitar payudara. Lambat laun putting susu akan terlipat ke dalam (masuk kedalam). Dari putting susu akan keluar cairan yang warnanya seperti susu, tetapi bukan masanya menyusui. Catatan : untuk mengetahui secara pasti adanya kanker dipayudara sebaiknya melakukan test mammography. KANKER RAHIM Mengalami menstruasi yang tidak teratur dan sekitar tulang panggul terasa nyeri ketika haidnya datang. Mengalami keputihan yang tak kunjung sembuh. Bila melakukan hubungan suami istri, akan terasa perih disekitar rahim dan setelah berhubungan biasanya keluar darah yang warnanya merah pucat. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KANKER 1. Faktor Keturunan (Genetik) Seseorang yang mempunyai riwayat kanker, maka kecenderungan dalam keluarga akan terkena kanker lebih besar dari pada seseorang yang tidak mempunyai garis keturunan kanker. Kemungkinan 70%, karena hal tersebut berasal dari sifat sel bawaan.





2. Faktor Lingkungan Yang dimaksud faktor lingkungan adalah dari faktor fisika dan kimia misalnya : Limbah pabrik Polusi udara Bekas radiasi polutan nuklir Asap rokok 3. Faktor Makanan D
ari ketiga faktor tersebut diatas, faktor yang paling kuat pengaruhnya terhadap munculnya kanker, adalah dari faktor makanan. Makanan yang menyebabkan kanker disebut Karsinogen. Macam-macam karsinogen antara lain: 1. Penyedap rasa 2. Zat pengawet makanan 3. Zat pengenyal makanan 4. Pewarna makanan kimia

CARA SEHAT DAN HEMAT MENGHINDARI MENCEGAH KANKER 1. Mengurangi makanan yang mengandung kasinogen
2. Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung anti oksidan, contoh : Sayur mayur : brokoli, sawi hijau, pare tomat, wortel, lobak
Lauk pauk : tempe, ikan laut segar
Buah-buahan : apel, anggur hijau, pear, melon hijau 3. Olah raga secara teratur Setelah mendengarkan penjelasan dari team Yayasan Peduli Kanker Indonesia kemudian Bapak Ibu guru dan Karyawan melakukan tes kesehatan untuk mendeteksi penyakit apa yang ada dalam tubuh. Tes yang dilaksanakan adalah tes Urine dan Tekanan darah serta Detak Jantung KANKER Orang Inggris menyebutnya CANCER. Kita menyebutnya KANKER. Kata Cancer mengingatkan kita pada salah satu bintang Horoskop untuk yang lahir tanggal 23 Juni – 23 Juli. Simbolnya adalah kepiting. Dalam Ilmu Penyakit (Patologi) kanker adalah neoplasma yang ganas. Neoplasma adalah perbanyakan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tubuh yang abnormal, mungkin tidak terkendalikan oleh mekanisme fisiologis yang ada dalam tubuh kita. Kanker dapat meluas ke jaringan sekitarnya yang terdekat, atau bahkan ke bagian tubuh lain yang jauh dari kanker itu berada. Memang, kalau seluruh tubuh suatu kanker itu dapat diambil, tubuh kanker beserta akar-akarnya itu mirip seekor kepiting. Kanker dibedakan dengan TUMOR. Tumor adalah neoplasma yang jinak. Dalam batas-batas tertentu, tubuh masih mampu membatasi pertumbuhan dan perkembangan neoplasma itu, misalnya dengan membentuk kapsul atau dinding pembatas yang tegas antara tumor dan jaringan sehat di sekitarnya. Secara awam, pengertian tumor sama dengan benjolan abnormal yang terjadi pada atau dalam tubuh kita. Misalnya, benjolan akibat trauma kena pukul, terbentur sesuatu, pendarahan bawah kulit dan sebagainya. Jenis-jenis kanker sangat banyak. Penyakit ini diklasifikasikan dan diberi nama menurut acuan Internasional. Misalnya dengan sebutan ‘Karsinoma’ untuk kanker pada sel-sel kelenjar kulit dan sebagainya, contoh : Carcinoma mammae untuk kanker payudara. Untuk sel-sel jaringan kanker diberi sebutan ‘Sarcoma’, contoh : jaringan tulang dan jaringan linfatik, masing-masing dinamakan osteosarkoma dan limfosarkoma. Ada juga nama khusus misalnya Leukimia untuk kanker darah. Kriteria diagnostik kanker ditetapkan atas dasar gambaran klinis,; keluhan dan gejala-gejala, serta gambaran anatomiknya yang tentu beragam berdasarkan jenis dan lokasi kanker.; berat-ringan dan komplikasi penyakit. Gambaran patologis anatomik meliputi gambaran makroskopik yaitu berupa benjolan abnormal pada permukaan atau di dalam tubuh yang tidak jelas batas-batasnya, tidak terbungkus dalam kapsul. Diagnostik pasti mungkin diperoleh setelah dilakukan biopsi dan kemudian diproses dan diperiksa secara mikroanatomik. Misalnya, dibawah mikroskop terlihat ada sel-sel kanker tampak tidak khas bentuknya, terkesan kehilangan kemampuan dalam berdiferensiasi dan tidak menentu arah perluasannya. Selain itu, kanker sering mengalami metastasis yaitu meluas ke bagian tubuh lain lewat peredaran darah. Diagnosis kanker dapat lebih cepat dilakukan dengan bantuan pemeriksaan cairan tubuh, darah dan sebagainya untuk jenis-jenis kanker tertentu. Penyebab kanker sangat bermacam-macam, sebagian besar sulit atau tidak dapat ditetapkan secara pasti. Kelompok penyebab kanker yang dikenal, yaitu : 1. Karsinogen bahan kimia 2. Virus onkogenik 3. Energi radiasi 4. Karsinogen Karsinogen kimia utama meliputi karsinogen langsung. Seperti dimetilsufat, sejumlah obat-obat anti kanker, dan sebagainya. Ada bahan prokarsinogen yang memacu secara tidak langsung terjadinya sel-sel kanker, dan ada bahan tumbuhan alam dan hasil mikroba, pemacu kanker misalnya alfatoksin B1, kacang betel, dsb. Bahan kimia utama lain adalah insektisida, fungisida, vinil klorida, dll. Sejumlah virus mungkin dapat menyebabkan kanker misalnya virus DNA, Virus Herpes dan Virus Hepatitis B. energi radiasi sinar dan juga bahan-bahan tertentu dapat menginduksi terjadinya sel-sel kanker, misalnya : sinar UV, sinar-X, pemecahan nuklir dan radionuklida. Jadi kita ini berada dalam lingkungan yang bisa menyebabkan kanker! Tidak semua orang dapat terkena kanker. Ada faktor-faktor resiko yang memungkinkan seseorang terkena kanker, yaitu : terkena paparan karsinogen dari 4 kelompok tersebut dalam jangka waktu panjang, ada faktor genetik atau famili, ditambah dengan faktor stress berkepanjangan. Dengan diketahuinya penyebab dan faktor-faktor resiko tersebut, tindakan pencegahan dan kewaspadaan dini lebih mudah dilakukan. Minimal stadium dini penyakit kanker dapat dideteksi untuk secepatnya dilakukan tindakan terapetik. Secara medis, tindakan terapetik meliputi berbagai pilihan. Tindakan bisa spesifik dengan khemoterapi atau obat-obat kimia. Terapi kanker ada yang tidak spesifik benar, misalnya dengan radiasi atau pembedahan. Kombinasi keduanya, khemoterapi dan radiasi atau pembedahan mungkin juga dilakukan sesuai indikasinya

Kanker: Pertumbuhan, Terapi dan Nanomedis
Ika Nurlaila* dan Miftachul Hadi** (* ' ** First Bright School, ** Applied Mathematics for Biophysics Group, Physics Research Centre LIPI)
Fakta dan Data Bicara tentang kanker memang tak ada habisnya. Penyakit mematikan yang satu ini sepertinya mampu memberikan dua perspektif yang berbeda pada dua kalangan yang berbeda pula. Bagi praktisi kesehatan dan para peneliti biomedis maupun biomolekuler, penyakit ini bak teka-teki super menantang yang “memikat” hati dan pikiran untuk segera mencarikan penyelesaiannya. Sebaliknya, bagi masyarakat umum, kanker ibarat hantu paling menyeramkan yang tak akan pernah bisa disangka akan “hinggap” di tubuh siapa, bagian mana, dan kapan. Ditambah dengan bukti-bukti empiris bahwa pengidapnya memiliki peluang untuk sembuh kira-kira di bawah 30 hanya di bawah 30 lengkaplah sudah “asesoris” si kanker ini untuk jadi penyakit paling menakutkan di dunia. Berdasarkan data Centerwatch tahun 2003, di Amerika, tempat dimana bermacam-macam terapi yang diharapkan mampu membasmi kanker hingga ke akar-akarnya saja masih kelimpungan dengan fakta yang menunjukkan bahwa terdapat 171.900 orang penderita baru tiap tahunnya dan sebanyak 157.200 dari jumlah tersebut ternyata berakhir dengan kematian. Sungguh jumlah yang fantastis sekaligus tragis! Bila negara maju saja dibuat bingung oleh penyakit ini, tentu sudah bisa ditebak bagaimana dengan negara-negara lain yang statusnya masih “berkembang” atau bahkan yang terbelakang, yang penelitian tentang penyakit ini pasti jauh dari status “berkembang pesat dan signifikan”. Apa itu kanker? Mari kita mengenal karakter kanker dengan harapan kita bisa terhindar darinya dan mampu memikirkan penyelesaian “tuntas” permasalahan level dunia yang satu ini. Pertama, kita mesti mengetahui terlebih dahulu tentang apa itu kanker? Definisi tentang ini memang cenderung berbeda. Ada yang mengatakan bahwa kanker itu telah ada di tubuh tiap orang. Hanya saja dia dalam kondisi diam. Apabila ada “hentakan” kuat dan berulang yang membuatnya terbangun, maka dia akan menunjukkan keganasannya. Benarkah itu? Mari kita tinjau kembali dari definisi-definisi yang telah dirangkum oleh peneliti-peneliti kanker di seluruh penjuru dunia. Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh terganggunya kontrol regulasi pertumbuhan sel-sel normal. Sebagai bukti dari terganggunya kontrol regulasi sel-selnya, kanker memiliki perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan sel-sel normal dalam tubuh kita: Sel kanker tak mengenal program kematian sel yang dikenal dengan nama apoptosis. Apoptosis sangat dibutuhkan untuk mengatur berapa jumlah sel yang dibutuhkan dalam tubuh kita, yang mana semuanya fungsional dan menempati tempat yang tepat dengan umur tertentu. Bila telah melewati masa hidupnya, sel-sel normal (nonkanker) akan mati dengan sendirinya tanpa ada efek peradangan (inflamasi). Sel kanker berbeda dengan karakteristik tersebut. Sel kanker sangat “bandel”. Dia akan terus hidup meski seharusnya mati (Immortal). Sel kanker tidak mengenal komunikasi ekstra seluler atau asosial. Komunikasi ekstra seluler diperlukan untuk menjalin koordinasi antar sel sehingga mereka dapat saling menunjang fungsi masing-masing. Dengan sifatnya yang asosial, sel kanker bertindak semaunya sendiri tanpa peduli apa yang dibutuhkan oleh lingkungannya. Sel kanker mampu menyerang jaringan lain (invasif), merusak jaringan tersebut dan tumbuh subur di atas “porak-porandanya” jaringan lain. Untuk mencukupi kebutuhan pangan dirinya sendiri, sel kanker mampu membentuk pembuluh darah baru (neoangiogenesis) meski itu tentunya dapat mengganggu kestabilan jaringan tempat ia tumbuh. Sel kanker memiliki kemampuan “super hebat” dalam memperbanyak dirinya sendiri (proliferasi) meski seharusnya ia sudah tak dibutuhkan dan jumlahnya sudah melebihi kebutuhan yang seharusnya. Karsinogenesis Kanker berkembang melalui serangkaian proses yang disebut karsinogenesis. Dari pernyataan tersebut jelaslah bahwa kanker bukanlah penyakit “langsung jadi” melainkan penyakit yang timbul akibat akumulasi atau penumpukan kerusakan-kerusakan tertentu dalam tubuh kita. Karsinogenesis pada dasarnya dibagi menjadi dua tahap utama yaitu inisiasi dan promosi, namun beberapa literatur menambahkan bahwa tahap promosi kanker diikuti oleh proliferasi, metastasis dan neoangiogenesis. Tahap inisiasi ialah tahap dimana agen karsinogenik (zat yang dapat menimbulkan kanker) mulai bekerja mengubah susunan DNA fungsional atau yang lebih populer dengan nama GEN sehingga gen itu menjadi berbeda dengan semestinya atau terjadi mutasi. Biasanya gen yang berubah susunannya adalah gen yang berfungsi untuk menekan pertumbuhan tumor (tumor suppressor gene), misalnya saja gen p53. Agen karsinogenik banyak sekali macamnya dan secara umum sangat berkaitan dengan pola makan dan pola hidup manusia, seperti paparan sinar ultra violet, radiasi sinar gamma, asbestos, merkuri, asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan pengawet makanan seperti natrium benzoat, pewarna makanan misalnya rhodamin, tak ketinggalan pula bumbu masakan sintesis (penyedap masakan) yaitu MSG (Monosodium/Mononatrium Glutamat) yang makin hari makin beragam dan makin banyak digunakan karena harganya yang relatif murah dan tersedia dalam berbagai rasa buatan. Ditambah dengan cara pemakaian yang jauh lebih praktis daripada bumbu dapur alami, makin lengkaplah alasan kebanyakan konsumen saat ini untuk menggunakan bumbu sintetis itu. Selain itu, aflatoksin yang merupakan senyawa yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus flavus dan terdapat pada makanan-makanan (ikan, kacang-kacangan serta serealia) yang hampir basi, ternyata diketahui juga menjadi salah satu dari penyebab terjadinya kanker terutama kanker hati atau hepatokarsinoma. DNA Repair dan Cell Cycle Bahan-bahan tersebut merusak susunan DNA normal dan mematikan mekanisme perbaikan DNA. Sebenarnya, DNA kita bukanlah substansi yang lemah. Ia telah dilengkapi dengan mekanisme-mekanisme tertentu yang mampu menetralisasi “gangguan-gangguan” yang terjadi sehingga tidak membawa efek negatip. Mekanisme yang dimiliki DNA tersebut adalah mekanisme DNA repair (perbaikan DNA) yang terjadi pada fase tertentu dalam siklus sel. Pada fase G1 (Gap 1) terdapat check point yaitu suatu tempat dimana susunan DNA akan dikoreksi dengan seteliti-telitinya. Apabila ada kesalahan, sel mempunyai dua pilihan yang dapat dijalankan. Pertama, kesalahan tersebut diperbaiki dengan cara mengaktifkan DNA repair. Namun, apabila kesalahan yang ada sudah tidak mampu lagi ditanggulangi, sel memutuskan untuk mengambil pilihan kedua yaitu “dimatikan” daripada hidup membawa pengaruh buruk bagi lingkungan sekelilingnya. Saat itulah keputusan untuk berapoptosis diambil. Sel dengan DNA normal akan meneruskan perjalanan untuk melengkapi siklus yang tersisa yaitu S (Sintesis), G2 (Gap 2) dan M (Mitosis). Mutasi DNA Satu kali terjadi proses mutasi DNA sebenarnya belumlah cukup untuk menimbulkan kanker. Masih dibutuhkan ribuan mutasi lagi yang letaknya pada gen tak boleh sama. Apabila mutasi DNA yang super banyak itu telah terjadi, mulailah sel berubah sifat perlahan-lahan. Sel yang tadinya bersifat sosial, “tahu diri” dan terarah, sekarang menjadi ganas, dan asosial. Sel yang mengantongi gen yang termutasi parah tersebut mulai membelah diri (proliferasi) dan membentuk grup tertentu (klonal) di lokasi tertentu dalam tubuh. Dia membangun “markas besar” di situ dan terus menerus membentuk “masyarakat” khusus yang membahayakan bagi “teritorial” jaringan sehat. Tahap dimana sel kanker membentuk klonal inilah yang dinamakan tahap promosi kanker. Promosi ini akan diikuti proliferasi (pembelahan diri sel kanker menjadi banyak) yang kemudian satu atau lebih sel bisa memisahkan diri dari markas utamanya untuk berpindah ke tempat lain (metastasis). Untuk memenuhi kebutuhan “masyarakat kanker” tersebut, dibentuklah pembuluh darah baru (neoangiogenesis) yang sebenarnya tidak diperlukan oleh jaringan sehat. Dengan demikian, sempurnalah kanker sebagai “jaringan baru” dalam tubuh. Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa kanker ini merupakan penyakit seluler yang memiliki pola hidup rumit sekaligus kokoh sehingga untuk membasminya memang tak semudah membasmi rayap yang menggerogoti pagar kayu di halaman. Dibutuhkan formula khusus yang efektif dan efisien. Apoptosis dan Proliferasi Sampai saat ini, karakter kanker yang paling sering digunakan oleh para peneliti dalam memformulasikan upaya kuratif (pengobatan) dan preventif (pencegahan) kanker adalah apoptosis dan proliferasi. Pada kasus kanker, jumlah sel berapoptosis menjadi sangat rendah sedangkan proliferasi selnya melonjak sangat tinggi. Fenomena ini yang oleh peneliti dicoba untuk diubah dengan harapan dapat mengembalikan sel pada kondisi normalnya. Seperti yang dituliskan dalam artikel review Zeneca Pharmaceuticals, apoptosis ialah proses kematian sel yang terprogram atau proses perusakan yang terkontrol terhadap diri sel itu sendiri yang mana proses tersebut melibatkan sinyal selular yang khusus atau spesifik. Apoptosis memiliki peran yang sangat penting dalam embryogenesis, penggantian jaringan yang rusak, perkembangan sistem imun, dan perlindungan melawan perkembangan tumor (tumorigenesis). Peran penting apoptosis dalam embryogenesis tampak pada setiap jari tangan dan kaki kita yang terpisah dengan sempurna. Apabila apoptosis tidak sempurna, maka jari tangan/kaki kita akan tetap bertautan seperti contoh pada gambar di bawah ini. Terkait dengan apoptosis pada embryogenesis ini, banyak artikel yang menyebutnya dengan “bunuh diri massal”. Bilamana apoptosis ini akan diaktifkan? Pada kondisi normal, apoptosis akan aktif apabila ada serangan virus atau terkena zat toksik atau yang bersifat racun, yang pastinya sangat membahayakan kesehatan. Dalam rangka penyelamatan sel yang lebih banyak, maka sel yang terinfeksi virus atau yang terkena zat toksik tersebut memilih untuk mengakhiri hidupnya sebab apabila ia bertahan tentunya akan membawa dampak yang lebih buruk. Selain itu, apoptosis terjadi karena ada komunikasi antar sel. Sel yang satu dapat “memberitahukan” pada sel yang lain bahwa apoptosisnya diperlukan untuk menjaga jumlah mereka dalam jaringan yang memang harus selalu “pas”. Maka, matilah sel tersebut demi “keutuhan bersama”. Proliferasi Pada kasus kanker, apoptosis menurun sangat drastis bahkan boleh dikata bahwa sel kanker ini bersifat immortal. Immortalitas kanker disebabkan oleh hilangnya mekanisme DNA repair dalam sel. Dengan tidak adanya kemampuan koreksi DNA sebelum sel tersebut membelah, sel menganggap dirinya layak untuk direplikasi. Checkpoint sudah tak ada artinya lagi di sini, akibatnya sel, walaupun membawa abnormalitas di dalamnya, akan melewati fase-fase dalam siklus sel secara keseluruhan kemudian membelah. Berseberangan dengan apoptosis, proliferasi pada kasus kanker meningkat sangat tajam. Dengan regulasi sel seperti yang telah disebutkan di atas, proliferasi akan terjadi tak terkendali hingga sel kanker berhasil membentuk klonal (kelompok) yang mana dari klonal tersebut akan ada sel yang lepas dari induknya untuk mencoba “hidup mandiri” dengan “merantau” ke jaringan lain. Jadilah kanker sekunder yang dalam bahasa sehari-hari sering disebut kanker anakan. Deteksi Dini dan Terapi Kanker Nah, dengan mengetahui karakteristik kanker seperti di atas, sebetulnya bisakah kanker diberantas? Jawabannya tentu saja bisa, hanya saja tingkat keberhasilan dari upaya penyembuhan itu sendiri berbeda untuk masing-masing individu, bergantung pada stadium berapa kanker terdeteksi dan tingkat kekebalan individu itu sendiri. Semakin dini kanker ditemukan, semakin besar peluang untuk sembuh. Dari sini kita dapat mengetahui betapa pentingnya regular medical check up itu yakni untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit yang barangkali keberadaannya masih belum disadari namun akan membawa efek sangat merugikan di kemudian hari. Upaya penyembuhan (kuratif) kanker menggunakan banyak metode yang antara lain: Kemoterapi : terapi ini menggunakan obat-obatan misalnya saja golongan siklofosfamid, methotreksat, dan 5-flurorasil. Pada dasarnya kinerja obat-obatan tersebut sama yaitu menghambat proliferasi sel sehingga sel tidak jadi memperbanyak diri. Kemoterapi bisa diberikan secara tunggal ( satu macam obat saja) atau kombinasi, dengan harapan bahwa sel-sel yang resisten terhadap obat tertentu juga bisa merespon obat yang lain sehingga bisa diperoleh hasil yang lebih baik. Dampaknya pada pasien biasanya rambut rontok, selera makan menurun, rasa lemah dan letih. Terapi hormon : terapi ini digunakan untuk jenis kanker yang berkaitan dengan hormon misalnya kanker payudara (berkaitan dengan hormon estrogen) pada wanita dan kanker prostat (berkaitan dengan hormon androgen) pada pria. Terapi hormon pada dasarnya berusaha menghambat sintesis steroid sehingga sel tidak dapat membelah. Terapi ini membawa dampak negatip bila diaplikasikan pada wanita yang masih dalam usia subur karena dapat menghambat siklus menstruasi. Radioterapi: terapi ini menggunakan sinar-X dengan dosis tertentu sehingga dapat merusak DNA dan “memaksa” sel untuk berapoptosis. Efek negatip yang ditimbulkan hampir sama dengan kemoterapi. Ketiga terapi di atas memiliki kelemahan yang relatif sama. Karena kerjanya yang tidak spesifik, jadilah mereka menyerang agak sporadis pada seluruh sel tanpa bisa membedakan mana yang sel kanker dan mana yang sel normal. Dampak negatip ditimbulkan karena ketakspesifikan ini. Oleh karena itu, para peneliti berusaha mengembangkan metode terapi kanker yang spesifik. Terapi proton Terapi proton seperti halnya radioterapi, bekerja dengan cara mengarahkan partikel ion energetik yakni proton menuju tumor sasaran. Partikel proton ini merusak DNA sel sehingga menyebabkan kematian sel tumor. Karena laju pembelahan sel yang tinggi serta kemampuannya menjadi berkurang untuk memperbaiki kerusakan DNA, sel kanker peka terhadap serangan partikel proton ini pada DNA sel kanker. Imunoterapi Terapi kanker dengan meggunakan imun berlandaskan pemeriksaan imun, yakni fungsi fisiologi sistem imun untuk mengenali dan menghancurkan klonal sel yang telah berubah sifat sebelum sel tersebut tumbuh menjadi tumor serta membunuh sel tumor jika sel tumor tersebut telah terbentuk. Sistem imun tersusun dari berbagai tipe sel, diantaranya, sel dendrit yang disebut sebagai sel penghadir antigen yang bekerja menangkap antigen dan menunjukkan mereka ke sel-sel lain yang disebut sel efektor (misal, limfosit T sitotoksik). Jika molekul yang hadir “dilabeli” sebagai bahaya, maka sistem imun menyusun respon spesifik untuk menghilangkan bahaya tersebut. Nanomedis Nanomedis adalah aplikasi medis dari teknologi nano. Ini mencangkup bidang semisal transpor obat partikel nano dan aplikasi masa depan yang mungkin dari teknologi nano molekuler dan vaksinologi nano. Masalah saat ini untuk nanomedis, mencangkup pemahaman terkait dengan toksik dan dampak lingkungan material skala nano. Partikel nano cadmium selenide (kuantum dot) memancarkan cahaya ketika terpapar cahaya ultra ungu. Ketika diinjeksikan, partikel nano cadmium selenide tersebut menembus sel kanker. Ahli bedah dapat melihat tumor yang berpendar, dan menggunakannya sebagai pemandu untuk pengambilan sel tumor dengan lebih akurat. Chip uji sensor mengandung ribuan kawat nano (nanowire) mampu mendeteksi protein dan biomarker lain yang ditinggalkan sel kanker, memungkinkan pendeteksian dan diagnosis kanker tahap dini dari beberapa tetes sampel darah. Referensi: http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=260084 http://en.wikipedia.org/wiki R.J.B King, 1998, Cancer Biology, Prentice Hall. New York. F. Castiglione, B. Piccoli, J. Theo. Biology 247 (2007) 723-732. http://www.wordiq.com http://www.centerwatch.com http://www.ib.be/cefs/dietandcancer.htm Sri Widyarti, et.al., 2004, Efek Bioflavonoid Quercetin pada neoplasi paru-paru, FMIPA Unibraw, Malang.

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa Komennya