Thursday, October 8, 2015

Adaptasi Dengan Bos Baru

Jika hanya rekan kerja yang pergi dan digantikan rekan kerja yang baru mungkin kejadian yang biasa. Tapi bagaimana jika bos yang pergi dan digantikan yang baru? Beragam spekulasi pastinya akan muncul di kepala, seperti: Mungkinkah lebih baik dari bos yang dulu? Mungkinkah lebih bijaksana? Dan sejuta pertanyaan lainnya. 

Menurut Adib Setiawan, M.Psi., seorang psikolog yang menggawangi www.praktekpsikolog.com., ketika sebuah perusahaan memiliki pemimpin baru, maka pimpinan tersebut tentunya diharapkan mampu membawa kemajuan bagi perusahaannya. “Begitu juga bagi bawahannya, bos baru diharapkan dapat mendongkrak semangat dalam bekerja, memberi pengalaman dan motivasi baru,” ujar Adib.  Bukan hanya itu, ujung-ujungnya, tentu saja peluang karier Anda ke depan. “Ya, bos baru biasanya akan membuka peluang bagi mereka-mereka yang berprestasi. Bos baru biasanya akan meminta adanya assessment sehingga bagi mereka yang lulus sangat mungkin untuk dipromosikan ke tingkat yang lebih tinggi,” tambah Adib. Nah, dengan begitu berarti Anda butuh strategi jitu agar ‘pergantian’ itu pada akhirnya dapat memberikan energi positif  baik bagi kemajuan perusahaan, terutama bagi karier Anda. Simak panduannya!

Masa-masa adaptasi. Fase adaptasi antara Anda dengan bos baru bisa dibilang sebagai masa-masa penting dan harus bisa dilalui bersama secara baik. Jalinlah kerjasama secara baik, secara harmonis, dan tetap menjunjung profesionalitas. Dan berikut adalah beberapa poin penting dari Adib yang wajib Anda perhatikan di masa-masa adaptasi, seperti:
  • Lakukan dan jalankan tugas yang memang sudah menjadi tanggungjawab Anda secara baik.
  • Sebaiknya, biasakan mengemukakan pendapat (apalagi laporan) berdasarkan fakta di lapangan. Bukan berdasarkan asumsi. Ingat, bos baru akan membutuhkan banyak informasi dari Anda. Jadi berikan informasi yang akurat dan tepat. 
  • Tak perlu lebay –apalagi cari muka. Lakukan saja pekerjaan Anda seperti biasanya, namun upayakan untuk lebih aktif, mengembangkan inisiatif, terstruktur, dan akurat sehingga bukan hanya dapat mencapai target sebelum jatuh deadline tapi juga melampauinya.      
Gaya kepemimpinan. Perlu Anda ingat bahwa setiap bos punya gaya kepemimpinan sendiri-sendiri. Jika gayanya tidak terlalu berbeda jauh dengan bos dulu mungkin akan memudahkan adaptasi. Tapi bagaimana jika gayanya berbeda? “Gaya kepemimpinan seorang bos tentunya akan kembali kepada karakter yang dimilikinya,” kata Adib. Katakan saja jika karakternya ramah dan periang maka dia pun tak akan segan-segan menyapa anak buahnya duluan, bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, bahkan sekadar berbincang. Sebaliknya, yang bertipe tegas umumnya akan terkesan kaku atau bikin suasana kantor jadi ‘horor’. Tapi apapun gaya kepemimpinan seorang bos, tujuannya akan selalu tetap sama: Akan mengarahkan seluruh anggota timnya untuk bekerja dengan giat sesuai target yang sudah ditetapkan. Jadi, biasakan diri bekerja sesuai target dan dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sehingga siapapun bosnya tidak akan dapat mengusik ‘kedamaian hidup Anda’. Karena sejatinya, Anda memang sudah terbiasa melakukan yang terbaik bagi perusahaan. 

Gali potensi diri. Bagaimana dengan harapan kenaikan gaji, promosi, atau yang lainnya. Tentunya sah-sah saja sih jika Anda mengharapkannya dari pergantian kepemimpinan ini, hanya saja jangan sampai karena misi mewujudkan mimpi tersebut membuat Anda berubah haluan menjadi seorang penjilat –oportunis. “Sebenarnya untuk gaji dan tunjangan, setiap perusahaan sudah ada standarnya. Jadi yang terpenting adalah bagaimana mengoptimalkan potensi yang dimiliki,” saran Adib. Jadi, jika posisi Anda sebagai staf maka pastikan bahwa Anda juga mampu mengerjakan tugas seorang supervisor, jika di posisi supervisor bisa menjalankan tugas seorang manager, begitu seterusnya. “Jika kompetensi Anda memang telah mencapai posisi itu maka dengan sendirinya akan terbuka peluang untuk meningkatkan karier,” tambah Adib.Jadi kata kuncinya adalah bekerja secara efektif, efisien, dan cekatan. Yang jelas, bukan hanya posisi seorang bos saja yang menentukan maju atau mandeknya karier Anda, tapi justru diri Anda sendiri. Karena menurut Adib ada 2 tipe karyawan dalam setiap perusahaan: yang ingin tumbuh bersama perusahaan atau yang hanya sekadar bekerja.

Bersikap sewajarnya
. Di masa-masa peralihan kekuasaan,  jangan sampai Anda terjebak pada romantisme masa lalu. Bekerja dan bersikaplah sewajarnya. Jangan pernah berspekulasi tentang rentang toleransi bos baru, karena bagaimanapun, nilai-nilai yang dianut setiap orang tidak pernah sama persis.  Jadi hindari hal-hal seperti berikut ini:
  • Sebaiknya tinggalkan budaya lama yang kurang bermakna positif seperti molor waktu deadline, atau terlambat kembali ke kantor setelah jam makan siang. Ingat, Anda adalah bagian dari perusahaan, jadi curahkan segenap pikiran dan tindakan demi kemajuan perusahaan. Cobalah lakukan semua kewajiban dan tanggungjawab Anda secara secara maksimal. 
  • Dalam masa peralihan ini jadilah diri sendiri. Jangan terlalu show up, apalagi jika ternyata Anda memang tidak mampu karena mendekati bos secara berlebihan tanpa diimbangi kemampuan yang memadai justru menjadikan Anda terlihat negatif.
  • Jangan melompati bos. Jika ada masalah maka bicarakan lebih dulu ke atasan  langsung. Jangan pernah menyampaikan sesuatu dengan melompati wewenang atasan langsung dengan berbicara ke atasannya lagi. “Pengecualian terjadi jika Anda berbicara pada kedua-duanya dengan maksud untuk mendapatkan keputusan lebih cepat, atau karena ada hal-hal yang mendesak,” kata Adib.
Jadi apapun yang terjadi tetaplah postimis (positif dan optimis) dan teruslah bekerja sepenuh hati. Selanjutnya cukup ucapkan: “Selamat datang, bos!”.

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa Komennya